Dakwah itu Cinta

on 17.2.10


Dalam meniti jalan dakwah panjang ini sering kita kali kita di kejutkan dengan ujian dan dugaan yang cukup bisa menggoyahkan langkah-langkah kita. Kita sering menilai apa yang dilakukan oleh orang lain untuk dakwah ini dan membandingkan dengan apa yang kita perolehi dalam usrah dan tarbiyah sehingga suatu ketika kita terlupa untuk menilai usaha kita,pengorbanan kita dan segala yang berkaitan dengan amal kita. Na`uzubillah. Kita juga sering terbeban oleh perasangka terhadap orang lain. Mengapa Muharrik ad-Dakwah masih dibebani perasaan ini?bebaskanlah diri kalian dari belenggu itu..Dakwah itu seharusnya dipenuhi oleh bunga-bunga cinta!

Dakwah itu Cinta

Dakwah bukan suatu yang dilakonkan, ia lahir dari perasaan yang membentuk kesedaran dan dipandu oleh kefahamaan. Dakwah itu nafas kehidupan, Tarbiyah adalah sendi perjuangan, Anti kezaliman adalah naluri orang berakal. Ia perlu sebati dalam diri supaya, tiap titis pengorbanan diatas jalan ini meski perih dan sakit akan menjadi manis, semanis madu. Ikhwani filLah, untuk menghidupkan nafas seperti ini tidak mungkin lahir dari hanya didalam lingkungan bulatan-bulatan kecil yang dilimpahi tulisan dan anak panah semata! ia perlu dimurnikan dengan turun ke medan-medan amali, infaq dikala senang dan sukar. Semangat pemuda tidak harus dikurung dan dibelenggu "Wahai pemuda!!! Sesungguhnya dasar keimanan adalah nurani yang menyala, Dasar keikhlasan adalah hati yang yang bertaqwa, Dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, Dasar amal adalah kemahuan yang kuat, Semua itu tidak lain terdapat pada diri pemuda" kata Pak Hasan.

Dakwah itu cinta, dan tidak ada dakwah tanpa cinta. Hati itu sumber cahanya dan kebaikan. Kemudian urusan itu berkembang lebih jauh lagi, dari ke arah berlapang dada kemudian kepada al-ithar (mengutamakan saudaranya). Kerana itulah dakwah yang bukan disulami cinta akan melahirkan kebencian dan kesmpitan hati membawa kepada perpecahan. Daei memerlukan hati yang cukup luas untuk menampung hati-hati yang mad'u dan ikhwah yang lain. Bila ithar dan husnudzon itu memenuhi jiwa daei itu tandanya pohon Cinta Dakwah sedang subur mekar di hati mereka.

Sebenarnya, banyak hati-hati manusia yang tersorok, yang terasing, dan dilupakan. Apabila Allah menghendaki mendapat hembusan seruan dakwah, sentuhan dari tangan yang lembut dan pandangan yang redup, die mudah menguntum dan mekar laksana sekuntum bunga yang sedang mekar, lantas jiwa-jiwa itu akan mengadap laksana mengadapnya siang hari dan perasaan itu mengalir laksana mengalirnya sungai-sungai. Lahirnya fitrah kemanusiaan menurut hakikatnya yang Rabbani, yang memancarkan cahaya dengan petunjuk Al-Haq lalu bangkit membina dan membangun."nahnu duat walaisa qudat" kita adalah daei dan bukan qadi. Ikhwani Fillah, kita serahkan sahaja kepada Qadi untuk melaksanakan amanah yang di letakkan di bahu mereka untuk menghukum. Pandanglah mad'u kalian dengan pandangan kasih sayang, simpatilah dengan mereka yang melakukan maksiat dan rasa bertanggungjawablah untuk berusaha menjadi penyebab kepada sampainya hidayah di jiwa mereka.

"Maka demi Allah, sekiranya Allah memberi hidayah disebakan kamu, kepada seorang lelaki adalah lebih baik untukmu daripada memilki unta-unta merah (ferarri) ."

[sohih al-Bukhari]

“Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, ‘Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?’ Mereka menjawab,’Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggungjawab) kepada Rabb-mu, dan supaya mereka bertaqwa.”

(Q.S Al A’raf:164)

Cinta seorang Rasul

"Telah datang kepada kamu seorang Rasul dari kalangan kamu, sangat mengambil berat dia terhadap sesuatu yang mendatangkan mudarat kepada kamu, amat sangat menginginkannya semua perkara yang baik bagi kamu dan kepada orang mukmin amat sayang baginda terhadap mereka"

(At-Taubah: 128)

Dalam ayat-ayat di atas, al-Quran menggunakan perkataan ‘Rauf’ dan ‘Rahim’ untuk menegaskan maksud kasih sayang yang menunjangi susuk keperibadian Nabi terutamanya dalam hubungan sesama golongan yang beriman. Tafsir Ibn Kathir, ‘Rauf’ disebut sebagai ‘Shiddatur Rahmah’ atau kasih sayang yang mencapai tahap tertinggi berteraskan keimanan seutuhnya kepada Allah.Ini bermakna kasih sayang dalam pengertian hubungan sesama umat diikat atas asas keimanan dan ketakwaan kepada Allah.Adakah contoh yang lebih baik dari Baginda? Itu lah keperibadian daei dan murobbi yang tiada bandingan, kitalah pewaris amanah ini yang harus menjelmakan peribadi dakwah yang paling menhampiri baginda.

sudahkah anda bercinta?

Fardi dalam Jamae`i

on 16.2.10


Dalam satu kesatuan amal jamae’i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i. Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul terasa. Keberadaannya
menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jamae`i, namun pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara fardi atau individu.oleh itu janganlah ada diantara ahli yang yang bersama dengan gerakan dakwah ini terlalu menumpukan kekuatan pada gerakan secara jamae`i tanpa berusaha meningkatkan kualiti dirinya. Ingatlah akan pesan Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu (Siapa yang lambat atau "stagnant" dalam beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya ).

Intipati tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih berdaya untuk meningkatkan dirinya, bukan terus-menerus menempel dan bergantung pada orang lain. Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya amal dakwah ini. Kerana jikalau mereka mahu, para sahabat Rasulullah SAW boleh sahaja menetap dan wafat di Madinah, atau terus menerus ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang nilainya amal di situ itu beratus-ribu kali ganda atau di Masjid Nabawi yang pahalanya beribu kaliganda dari tempat-tempat lain. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi atau di Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu batu dari negeri mereka.

Ummat yang terbaik bukan untuk disembunyikan tapi untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya. limpahkanlah fikrah yang di kumpulkan di medan tarbiyah itu sehingga kalian menjadi rahmatan lil 'alamin

Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena lingkungan atau persekitaran yang tidak membina. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti itu, saya harus mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha membuat lingkuangan kebaikan, lingkuangan cahaya, lingkuangan ilmu, lingkuangan akhlak, lingkuangan taqwa, lingkuangan al-haq, setelah kawasan-kawasan tadi menjadi sempit dan gelap oleh lingkuangan jahiliyah, kezaliman, kebodohan dan hawa nafsu. Demikianlah ciri2 muharrik ad-Da`wah dalam gerakan kita, dimanapun dia berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da’wah ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu sehingga menjadi berjuta-juta orang.

Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, “Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah”. Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.

Jangan ada sesudah ini, kader yang hanya memenuhkan perhimpunan yang besar untuk merasakan kewujudan dirinya. Tapi, dimanapun dia berada ia tetap merasakan sebagai hamba Allah SWT, ia harus memiliki kesadaran untuk menjaga dirinya dan taqwanya kepada Allah SWT, baik dalam keadaan bersendirian mahupun dalam keadaan bersama orang ramai. Kemanapun ia pergi, ia tak merasa kesunyian atau terasing, keranana Allah senantiasa bersamanya. Bahkan ia dapat merasa kebersamaan rasul-Nya, ummat dan alam semesta setiap masa.

Kehebatan Namrud dimata Nabi Ibrahim AS tidak ada ertinya, tidaklah Baginda berasa bersendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang berkobar-kobar yang dinyalakan oleh Namrud untuk membinasakan dirinya, ternyata bersama dengannya dalam menunaikan tugas pengabdian kepada ALLAH.Lihat sahaja bagaimana sepatutnya api tersebut menghanguskannya tidak melakukan yang sedemikian, malahan menjadi “bardan wa salaman” (penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kader sejati harus yakin bahwa Allah SWT akan sentiasa membuka jalan bagi muharrik Da’wah sesuai dengan janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu)

Semoga para kader sentiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai kebejatan ummat. Kita harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam suatu benteng perlindungan, menghimpun bekal dan ketahanan diri untuk terjun ke medan pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan.

Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah sebagian penghibur kesedihan ummat yang berpanjangan, dengan munculnya generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.

Mereka yang pergi

on 11.2.10

Kata orang patah tumbuh, hilang berganti..tapi takkan sama dengan yang asal kan :) mari doakan mereka di tempat baru mereka!


Perjuangan di sini diteruskan, moga Australia subur dengan baja dari Gombak~


Belajar dengan tekun akhi! manfaatkan Yaman sebaiknya
kami menanti kepulangan anda untuk di perah~

akhi asSaghir! kembalilah sebagai orang baru..
menjadi sebahagian dari Ruh baru dalam jasad ummah ini